Minggu, 18 April 2021

Contoh Proposal Bantuan KKG/KKM


bantuan block grant

Assalamu'alaikum 

Sahabat Penagurunusantara,

Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Guru dan Tenaga Kependidikan secara sistematis dan berkelanjutan pada lingkungan Kementerian Agama, dipandang perlu memberikan bantuan Kelompok Kerja Guru dan Tenaga Kependidikan ( KKG/ MGMP / MGBK / KKM / POKJAWAS Madrasah ).

Berkaitan dengan hal tersebut bagi bapak ibu yang sedang mencari bentuk proposal KKG/kkm untuk diupload dapat bapak/ibu download dratfnya berikut ini:
  1. Draf Proposal Bantuan Block Grant untuk KKG Madrasah Tahun Anggaran 2021 download
  2. Draf Proposal Bantuan Block Grant untuk KKM Madrasah Tahun Anggaran 2021 download
    Agar bisa download Jangan lupa komentarnya  ya untuk perbaikan.

    Atas perhatiannnya diucapkan terima kasih.

Minggu, 11 April 2021

Tradisi Sambut Ramadhan

Tradisi Unik Sambut Ramadhan dari Berbagai Negara

Awal pelaksanaan bulan Ramadan baru akan diumumkan oleh sidang Isbat, Senin 12  April 2021).

Tetapi, banyak umat Muslim di Indonesia yang sudah mempersiapkan berbagai macam tradisi untuk menyambut bulan penuh keberkahan seperti tradisi "padusan" (mandi) dan "nyekar" (berziarah).

Namun rupanya tidak hanya kaum Muslim Indonesia yang mempunyai tradisinya unik untuk menyambut bulan Ramadhan, umat Muslim di berbagai negara juga mempunyai cara atau tradisi penyambutan bulan Ramadan yang tak kalah menarik.

Berikut 5 tradisi unik penyambutan bulan Ramadan dari berbagai negara di dunia yang dikutip dari https://akurat.co/id-613112-read-5-tradisi-unik-sambut-ramadan-dari-berbagai-negara-ada-bagibagi-permen-di-kuwait.

1. Tradisi "Gerga’aan" di Kuwait
Kuwait mempunyai tradisi sangat unik menyambut bulan puasa, yaitu "Gerga’aan". Tradisi Gerga’aan mirip dengan tradisi "trick or treat" yang dilakukan oleh warga Amerika saat Halloween.

Tradisi Gerga’aan dimulai sekitar dua minggu sebelum bulan Ramadan dan perayaannya dilaksanakan selama tiga hari. Selama tiga hari tersebut, bel pintu-pintu rumah warga Muslim Kuwait akan terus dibunyikan oleh anak-anak kecil.

Dalam tradisi tersebut, anak-anak kecil di Kuwait akan memakai pakaian tradisional negara Kuwait dan menyanyikan lagu-lagu yang berisi doa keberkahan untuk si pemilik rumah. Sebagai gantinya, tuan rumah akan memberikan manisan atau permen untuk anak-anak tersebut.

Belum jelas dari mana tradisi Gerga’aan dimulai. Namun, kebanyakan warga Muslim Kuwait percaya tradisi ini bermula dari cerita anak sulung Nabi Muhammad, yaitu Fatima yang kala itu membagi-bagikan makanan manis selama dua minggu untuk menyambut bulan Ramadan.


2. "Fanous" di Mesir
Mungkin simbol penyambutan bulan Ramadan paling dikenal di dunia adalah "Fanous" atau lentera warna-warni khas Mesir. Untuk menyambut bulan Ramadan, para warga Muslim Mesir akan menghiasi rumah serta jalan-jalan mereka dengan ratusan Fanous dengam berbagai macam ukuran, bentuk, dan warna. "Fanous" atau biasa disebut "fanoos" tersebut kemudian akan dibiarkan menyela selama bulan Ramadan sebagai.

Dalam kebudayaan Mesir, menyalakan Fanous bukan hanya sebagai simbol datangnya Ramadan, tetapi juga sebagai peringatan rakyat Mesir pada saat menyambut Kalifah Moezz Eddin Allah saat memasuki kota Kairo pada tahun 969 Masehi. Pada kala itu, rakyat Mesir di bawah era dinasti Fattimiyah menyalakan lentera warna-warni sebagai bagian dari upacara penyambutan kalifah Dinasti Fattimiyah ke-4 tersebut.


3. "Haq Al Laila" di Arab Saudi
Arab Saudi mempunyai tradisi unik untuk menyambut bulan Ramadan yang hampir mirip dengan tradisi Gerga’aan di Kuwait, yaitu tradisi "Haq Al Laila". Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal 15 bulan sya'ban, yaitu bulan sebelum Ramadan.

Mirip dengan Gerga’aan, anak-anak di Arab Saudi akan menggedor-gedor rumah para tetangga dan meminta permen dan kacang dengan membawa sebuah tas jinjing yang dikenal dengan sebutan "kharyta".

Dengan pakaian warna-warni, anak-anak kecil tersebut akan menyanyikan lagu-lagu tradisional Arab Saudi seperti lagu "Aatona Allah Yutikom, Bait Makkah Yudikum" (Berikan kepadaku (permen) dan Allah akan membantumu mengunjungi rumah-Nya di Mekkah) untuk mendapatkan permen serta kacang.

4. Istibenett Ramadan di Lebanon
Dalam ajaran Islam, perhitungan dimulainya bulan Ramadan dilakukan dengan cara "hisab" atau perhitungan secara matematika, serta "rukyat" atau pengamatan bulan sabit atau biasa disebut dengan "hilal" sebagai tanda bulan baru. Pengamatan hilal tesebut biasanya dilaksanakan oleh negara-negara dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, seperti di Indonesia.

Namun, rupanya pengamatan hilal ini dijadikan tradisi unik bagi warga Lebanon dalam menyambut bulan Ramadan. Bagi warga Lebanon, tradisi pengamatan hilal biasa disebut dengan istilah "Istibenett Ramadan".

Dalam tradisi Istibenett Ramadan, para warga Muslim Lebanon, khususnya warga Beirut akan mengajak seluruh anggota keluarga mereka untuk turun ke jalan-jalan dan taman-taman pada petang hari untuk melihat bulan sabit atau hilal. Tidak hanya melihat hilal dengan mata telanjang, para warga Lebanon juga akan mulai bercerita tentang legenda-legenda atau cerita rakyat Lebanon sembari menunggu penampakan bulan sabit.

5. "Nyekar", "Nyadran" dan "Padusan" di Indonesia
Tradisi "nyekar" dan "padusan" dilaksanakan oleh kaum Muslim Indonesia, khususnya suku Jawa. Bagi warga Jawa, bulan Ramadan dianggap sebagai simbol instropeksi diri dan peningkatan iman. Pentingnya bulan Ramadan inilah yang membuat kaum Muslim melaksanakan beberapa upacara sakral untuk mempersiapkan diri menghadapi bulan puasa.

Beberapa hari sebelum melaksanakan ibadah puasa, para kaum Muslim Jawa pada umumnya akan melaksanakan tradisi "nyekar" atau berziarah ke makam keluarga atau makam-makam wali dan pemuka-pemuka agama terkenal. Dalam tradisi "nyekar", para kaum muslim biasanya akan berdoa agar diberi keberkahan, kesehatan, serta keberuntungan.

Tidak hanya itu, beberapa wilayah di pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah juga melaksanakan upacara penyambutan bulan puasa, yaitu tradisi "nyadran". Hampir mirip dengan tradisi "nyekar", "nyadran" berisi serangkaian ritual ziarah seperti membersihkan makam leluhur, menabur bunga, serta memanjatkan doa. Namun bedanya, tradisi "nyadran" diikuti dengan penyelanggaraan kenduri dan pembacaan ayat Al-Quran, zikir dan tahlil.


Sementara tradisi "padusan" adalah ritual pembersihan diri dengan cara "adus" atau "mandi besar". Upacara padusan ini dianggap oleh masyarakat Jawa sebagai upaya untuk membersihkan badan serta memurnikan jiwa sebelum melaksanakan ibadah puasa. Meskipun demikian, tradisi "padusan" tidak hanya dilaksanakan sebelum bulan puasa, tetapi juga sebelum perayaan Idul Fitri serta Idul Adha.